Mungkin, inilah yang disebut nafas malam,

sunyi mendesah menggantikan angin dalam kegaibannya.

Cakrawala menyimpan serpihan beling dalam ketabahan senyummu,

semesta perjalanan bagi orang resah menanti kilat cahaya, mengutuk malam.

Padahal setiap orang tak pantas mengabdi kepada bulan dan bintang apalagi matahari.

Bagi jiwa yang terang, malam adalah sahabat dan sunyi adalah waktu menyempurnakan kutuk cinta.

Nafas malam merembes ke dalam sanubariku,

kesendirianku menjadi pesona yang karib dengan kata-katamu.

Oh…kata yang maha kekal

Inilah aku yang liar minta kau tandatangani jiwaku dengan jemari cahaya.

Nafas malam hampir berakhir

sementara aku tak hafal huruf-huruf kuasanya.

Melewati koridor rumah sakit ini, membawa ingatanku ke 14 tahun silam. Ketika aku harus menjalani operasi (keguguran sekaligus pengangkatan myome).

Rasa kehilangan, kesepian, sendiri, tak berkawan, belum bisa bahasa Jerman, seperti terdampar di negeri entah… Suami yang kerja di Freiburg (perbatasan Swiss), bisa pulang hanya weekend. Mental benar2 „down“ saat itu.

Hanya pasrah dan percaya sama Allah akan rencana Nya. Allah akan kasih yang terbaik untukku… Dan itu pasti…!!

#memoria